Senin, 20 Maret 2017

Jurnalistik Online

Pengertian Jurnalistik Secara Umum
Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari.Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik.Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang, yakni sebagai proses, teknik, dan ilmu. Sebagai proses, jurnalistik adalah aktivitas mencari mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan atau jurnalis.Sebagai teknik, jurnalistik adalah keahlian atau keterampilan membuat karya jurnalistik termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan pemberitaan seperti peliputan peristiwa atau reportase dan wawancara.Sebagai ilmu, jurnalistik adalah bidang kajian mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta dinamika masyarakat itu sendiri.selain itu, jurnalistik termasuk bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.Menurut ensiklopedia Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari secara berkala, dengan menggunakan sarana-saranapenerbitan yang ada (Suhandang, 2004:22).Salah seorang pakar ilmu komunikasi, Onong Uchjana Effendy mengemukakan, secara sederhana jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada masyarakat. AS Haris Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia mengemukakan bahwa jurnalistik adalah kegiatan mencari, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media massa berkala kepada khalayak seluas-seluasnya dengan secepat-cepatnya.

Sejarah Jurnalistik

I. Sejarah Jurnalistik di Dunia
A. Zomawi Romawi Kuno
Awal  mulanya muncul jurnalistik dapat diketahui dari berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist” 
Jenis Jurnalistik

A. Jurnalisme Warga Negara
Salah satu fenomena aktual yang berkaitan dengan aktivitas blog yang sering disebut dengan citizen journalism (jurnalisme warga negara). Sebuah aktivitas yang muncul karena keniscayaan munculnya internet. Dari pihak yang kontra memandang bahwa citizen journalism belum bisa masuk dalam ranah journalism. Sebab, jurnalisme mensyaratkan banyak hal seperti yang terjadi pada dunia kewartawanan selama ini. Jika mengikuti pengertian Jurnalisme dalam arti klasik, citizen journalism tentu saja bukan jurnalisme. Tapi hanya sebuah aktivitas seperti layaknya seseorang menulis buku harian, hanya medianya saja menggunakan internet.
1. Citizen atau Civic Journalism
citizen journalism (jurnalisme warga Negara) sering juga disebut dengan participatory journalism, netizen, open source journalism, grassroot journalism. Baik citizen journalism maupun civic journalism menjadikan masyarakat sebagai bahan utamanya. Dalam civic journalism masyarakat didudukan sebagai objek, sementara dalam citizen journalism masyarakat didudukan sebagai objek sekaligus subjek.
2. Bentuk-bentuk Citizen Journalism
D. Lasica, membagi media untuk citizen journalism dalam beberapa bentuk, yaitu:• Partisipasi audiens.• Berita independen dan informasi yang ditulis dalam website.• Partisipasi di berita situs.• Tulisan ringan seperti dalam milis, dan e-mail.• Situs pemancar pribadi (video situs pemancar)3. Kelebihan citizen journalism• citizen journalism mendorong terciptanya iklim demokratisasi.• Memupuk budaya tulis dan budaya baca masyarakat.• Mematangkan terciptanya ruang publik di masyarakat.• Manifestasi fungsi kontrol sosial media.
4. Tantangan citizen journalism
• Masalah profesionalisme. Seorang jurnalis adalah seorang professional ia bekerja sesuai dengan profesinya dan ia diberi gaji. Sedangkan blogger hanya menyalurkan hobi, karenanya tidak digaji.• Jurnalis adalah orang terlatih. Jurnalis membutuhkan keahlian tertentu, karena tidak semua orang bisa menulis berita.• Jurnalis terikat oleh sistem. Jurnalis terikat sebuah sistem yang ada di media massa itu, lain dengan blogger individu itu bisa menulis apa saja tanpa takut pada aturan yang ada.• Jurnalis bukan anonim.• Kualitas isi penting. Jika jurnalis dituntut untuk memperhatikan kualitas isi tulisan, sementara itu tidak ada tuntutan dalam tulisan di blog harus berkualitas seperti dalam dunia jurnalistik.• Jurnalis terikat hukum, ia akan terikat hukum jika ia melaggar, akan tetapi tidak dengan penulis blog.

B. Jurnalisme Presisi
Jurnalisme presisi adalah aplikasi ilmu sosial dalam dunia jurnalistik. Dengan kata lain, jurnalisme presisi adalah kegiatan jurnalistik yang menekankan ketetapan (presisi) informasi dengan memakai pendekatan ilmu sosial dalam proses kerjanya.Jurnalisme presisi asal-usulnya dikemukakan oleh Philip Mayer pada tahun 1969-1970 ketika ia menjadi dosen tamu di Russel Sage Foundation, New York. Dalam musim dingin tahun 1971, Everertte E. Dennis dari Kansas State University mengajar “The New Journalism” di University of Oregon. Dia mengatakan tentang apa yang telah dikerjakannya di Detroit. Ia menyebutnya sebagai embrio jurnalisme baru (new journalism). Ia kemudian menyebutnya dengan nama “jurnalisme presisi”.

C. Jurnalisme Kuning
Jurnalisme kuning adalah jurnalisme pemburukan makna, ini disebabkan karena orientasi pembuatannya lebih menekankan pada berita-berita sensasional daripada substansi isinya. Tujuannya untuk meningkatkan penjualan ia sering dituduh sebagai jurnalisme yang tidak professional dan tidak beretika. Ciri khas jurnalisme kuning adalah pemberitaannya yang bombastis, sensasional, dan pembuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Untuk menarik perhatian pembaca, judul-judul yang dibuat ditulis secara besar-besar dengan warna yang mencolok dan tak jarang disertai dengan gambar yang sadis.Jika ditinjau dalam sejarah, istilah jurnalisme kuning muncul pada tahun 1800-an. Jurnalisme kuning muncul ditandai dengan “pertempuran headline” antara dua Koran besar di New York. 

D. Jurnalisme “Lher”
Jurnalisme lher sering juga disebut dengan jurnalisme sensasional, karena gambar dan berita atau grafis yang disuguhkan dilandasi untuk mencari sensasi semata. Karena untuk mencari sensasi apapun akan dilakukan untuk mewujudkannya. Ada juga yang menyebutnya dengan jurnalisme pornografi.Berita atau gambar dapat dikategorikan pornografi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ialah:• Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan yang membangkitka nafsu birahi.• Bahan yang dibuat dengan sengaja dan semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. Sesuatu yang menyangkut pornografi selama ini sering 

E. Jurnalisme Perdamaian dan Perang
Jurnalisme perdamaian dengan jurnalisme perang ibarat dua mata uang. Ia selalu berjalan bersama, tetapi keduanya tidak bisa disatukan. Ketika membahas jurnalisme perdamaian, pembahasan tidak bisa lepas dari jurnalisme perang, begitu juga sebaliknya. Jurnalisme perdamaian hidup dan berkembang karena keberadaan jurnalisme perang. Jurnalisme perang ibarat bahan mentah yang menjadi negasi munculnya jurnalisme perdamaian. Jurnalisme perang selalu menjadi kritikan jurnalisme perdamaian. Karenanya, jurnalisme perang, di mata jurnalisme perdamaian harus dihilangkan. Alasannya adalah mengancam peradaban manusia. Padahal peradaban manusia bisa tumbuh dan berkembang dengan baik karena adanya perang juga.

F. Jurnalisme Kepiting
Jurnalisme kepiting adalah jurnalisme yang pernah dipopulerkan oleh wartawan senior Rosihan Anwar. Jurnalisme kepiting adalah istilah yang dipakai Rosihan untuk melihat sepak terjang Jakob Oetama (JO) dengan Kompas-nya. Jakob piawai dengan how to play, bahwa sikapnya sebagai wartawan selalu berhati-hati. Jadi, jurnalisme kepiting lebih menunjuk kepada kebijakan yang dijalankan oleh J.O.Pembaca kompas diajak berputar-putar dulu ketika membaca berita atau opini kompas, itulah strategi kompas untuk menyiasati kekuasaan hegemonik orde baru, agar bisa bertahan hidup. J.O. pernah mengatakan bahwa kompas memang cenderung mengambil sikap hati-hati pada masa Orde Baru, karena pada dasarnya ia percaya kemerdekaan pers yang sekarang diraih harus melalui tahap-tahap tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar