Pengertian Jurnalistik Secara Umum
Secara etimologis, jurnalistik berasal
dari kata journ. Dalam bahasa Perancis, journ berarti
catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai
kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari.Dengan
demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik adalah
kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui
eksistensinya dengan baik.Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari
tiga sudut pandang, yakni sebagai proses, teknik, dan ilmu. Sebagai proses,
jurnalistik adalah aktivitas mencari mengolah, menulis, dan menyebarluaskan
informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh
wartawan atau jurnalis.Sebagai teknik, jurnalistik adalah keahlian atau
keterampilan membuat karya jurnalistik termasuk keahlian dalam pengumpulan
bahan pemberitaan seperti peliputan peristiwa atau reportase dan
wawancara.Sebagai ilmu, jurnalistik adalah bidang kajian mengenai pembuatan dan
penyebarluasan informasi melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan
yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi serta dinamika masyarakat itu sendiri.selain itu,
jurnalistik termasuk bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji
proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain
dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.Menurut
ensiklopedia Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan
penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari secara
berkala, dengan menggunakan sarana-saranapenerbitan yang ada (Suhandang,
2004:22).Salah seorang pakar ilmu komunikasi, Onong Uchjana Effendy
mengemukakan, secara sederhana jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik
mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya
kepada masyarakat. AS Haris Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia
mengemukakan bahwa jurnalistik adalah kegiatan mencari, mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media massa berkala kepada
khalayak seluas-seluasnya dengan secepat-cepatnya.
Sejarah Jurnalistik
I. Sejarah Jurnalistik di Dunia
A. Zomawi Romawi Kuno
Awal mulanya
muncul jurnalistik dapat diketahui dari berbagai literatur tentang sejarah
jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa
pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan
informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media
massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut
sebagai “Bapak Pers Dunia”.Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan
mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi.
Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada
“Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada
papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan
memerlukannya.Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan
kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian
pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta
apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu
ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion
Romawi) untuk diketahui oleh umum.Berita di “Acta Diurna” kemudian
disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang
bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta
Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.Dari kata
“Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata
“Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke
dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang
berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul
kata “Diurnalis” dan “Journalist”
Jenis Jurnalistik
A. Jurnalisme Warga Negara
Salah satu fenomena
aktual yang berkaitan dengan aktivitas blog yang sering disebut dengan citizen
journalism (jurnalisme warga negara). Sebuah aktivitas yang muncul karena
keniscayaan munculnya internet. Dari pihak yang kontra memandang bahwa citizen
journalism belum bisa masuk dalam ranah journalism. Sebab, jurnalisme
mensyaratkan banyak hal seperti yang terjadi pada dunia kewartawanan selama
ini. Jika mengikuti pengertian Jurnalisme dalam arti klasik, citizen journalism
tentu saja bukan jurnalisme. Tapi hanya sebuah aktivitas seperti layaknya
seseorang menulis buku harian, hanya medianya saja menggunakan internet.
1. Citizen atau Civic Journalism
citizen journalism
(jurnalisme warga Negara) sering juga disebut dengan participatory journalism,
netizen, open source journalism, grassroot journalism. Baik citizen journalism
maupun civic journalism menjadikan masyarakat sebagai bahan utamanya. Dalam civic
journalism masyarakat didudukan sebagai objek, sementara dalam citizen
journalism masyarakat didudukan sebagai objek sekaligus subjek.
2. Bentuk-bentuk Citizen Journalism
D. Lasica, membagi
media untuk citizen journalism dalam beberapa bentuk, yaitu:• Partisipasi
audiens.• Berita independen dan informasi yang ditulis dalam website.•
Partisipasi di berita situs.• Tulisan ringan seperti dalam milis, dan e-mail.•
Situs pemancar pribadi (video situs pemancar)3. Kelebihan citizen journalism•
citizen journalism mendorong terciptanya iklim demokratisasi.• Memupuk budaya
tulis dan budaya baca masyarakat.• Mematangkan terciptanya ruang publik di
masyarakat.• Manifestasi fungsi kontrol sosial media.
4. Tantangan citizen
journalism
• Masalah
profesionalisme. Seorang jurnalis adalah seorang professional ia bekerja sesuai
dengan profesinya dan ia diberi gaji. Sedangkan blogger hanya menyalurkan hobi,
karenanya tidak digaji.• Jurnalis adalah orang terlatih. Jurnalis membutuhkan
keahlian tertentu, karena tidak semua orang bisa menulis berita.• Jurnalis
terikat oleh sistem. Jurnalis terikat sebuah sistem yang ada di media massa
itu, lain dengan blogger individu itu bisa menulis apa saja tanpa takut pada
aturan yang ada.• Jurnalis bukan anonim.• Kualitas isi penting. Jika jurnalis
dituntut untuk memperhatikan kualitas isi tulisan, sementara itu tidak ada
tuntutan dalam tulisan di blog harus berkualitas seperti dalam dunia
jurnalistik.• Jurnalis terikat hukum, ia akan terikat hukum jika ia melaggar,
akan tetapi tidak dengan penulis blog.
B. Jurnalisme Presisi
Jurnalisme presisi
adalah aplikasi ilmu sosial dalam dunia jurnalistik. Dengan kata lain,
jurnalisme presisi adalah kegiatan jurnalistik yang menekankan ketetapan
(presisi) informasi dengan memakai pendekatan ilmu sosial dalam proses
kerjanya.Jurnalisme presisi asal-usulnya dikemukakan oleh Philip Mayer pada
tahun 1969-1970 ketika ia menjadi dosen tamu di Russel Sage Foundation, New
York. Dalam musim dingin tahun 1971, Everertte E. Dennis dari Kansas State
University mengajar “The New Journalism” di University of Oregon. Dia
mengatakan tentang apa yang telah dikerjakannya di Detroit. Ia menyebutnya
sebagai embrio jurnalisme baru (new journalism). Ia kemudian menyebutnya dengan
nama “jurnalisme presisi”.
C. Jurnalisme Kuning
Jurnalisme kuning
adalah jurnalisme pemburukan makna, ini disebabkan karena orientasi
pembuatannya lebih menekankan pada berita-berita sensasional daripada substansi
isinya. Tujuannya untuk meningkatkan penjualan ia sering dituduh sebagai
jurnalisme yang tidak professional dan tidak beretika. Ciri khas jurnalisme
kuning adalah pemberitaannya yang bombastis, sensasional, dan pembuatan judul
utama yang menarik perhatian publik. Untuk menarik perhatian pembaca,
judul-judul yang dibuat ditulis secara besar-besar dengan warna yang mencolok
dan tak jarang disertai dengan gambar yang sadis.Jika ditinjau dalam sejarah,
istilah jurnalisme kuning muncul pada tahun 1800-an. Jurnalisme kuning muncul
ditandai dengan “pertempuran headline” antara dua Koran besar di New
York.
D. Jurnalisme “Lher”
Jurnalisme lher
sering juga disebut dengan jurnalisme sensasional, karena gambar dan berita
atau grafis yang disuguhkan dilandasi untuk mencari sensasi semata. Karena
untuk mencari sensasi apapun akan dilakukan untuk mewujudkannya. Ada juga yang
menyebutnya dengan jurnalisme pornografi.Berita atau gambar dapat dikategorikan
pornografi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ialah:• Penggambaran tingkah
laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan yang membangkitka nafsu birahi.•
Bahan yang dibuat dengan sengaja dan semata-mata untuk membangkitkan nafsu
birahi. Sesuatu yang menyangkut pornografi selama ini sering
E. Jurnalisme Perdamaian dan Perang
Jurnalisme
perdamaian dengan jurnalisme perang ibarat dua mata uang. Ia selalu berjalan
bersama, tetapi keduanya tidak bisa disatukan. Ketika membahas jurnalisme
perdamaian, pembahasan tidak bisa lepas dari jurnalisme perang, begitu juga
sebaliknya. Jurnalisme perdamaian hidup dan berkembang karena keberadaan
jurnalisme perang. Jurnalisme perang ibarat bahan mentah yang menjadi negasi
munculnya jurnalisme perdamaian. Jurnalisme perang selalu menjadi kritikan
jurnalisme perdamaian. Karenanya, jurnalisme perang, di mata jurnalisme
perdamaian harus dihilangkan. Alasannya adalah mengancam peradaban manusia.
Padahal peradaban manusia bisa tumbuh dan berkembang dengan baik karena adanya
perang juga.
F. Jurnalisme Kepiting
Jurnalisme kepiting
adalah jurnalisme yang pernah dipopulerkan oleh wartawan senior Rosihan Anwar.
Jurnalisme kepiting adalah istilah yang dipakai Rosihan untuk melihat sepak
terjang Jakob Oetama (JO) dengan Kompas-nya. Jakob piawai dengan how to play, bahwa
sikapnya sebagai wartawan selalu berhati-hati. Jadi, jurnalisme kepiting lebih
menunjuk kepada kebijakan yang dijalankan oleh J.O.Pembaca kompas diajak
berputar-putar dulu ketika membaca berita atau opini kompas, itulah strategi
kompas untuk menyiasati kekuasaan hegemonik orde baru, agar bisa bertahan
hidup. J.O. pernah mengatakan bahwa kompas memang cenderung mengambil sikap
hati-hati pada masa Orde Baru, karena pada dasarnya ia percaya kemerdekaan pers
yang sekarang diraih harus melalui tahap-tahap tertentu.
Sejarah Jurnalistik
I. Sejarah Jurnalistik di Dunia
“Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist”
B. Jurnalisme Presisi
C. Jurnalisme Kuning
D. Jurnalisme “Lher”
E. Jurnalisme Perdamaian dan Perang
F. Jurnalisme Kepiting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar