Aksi peringatan Hari Buruh Internasional atau lazim disebut May Day di Jakarta diwarnai insiden pembakaran karangan bunga untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok.
Sebagian buruh dari
sebuah organisasi membakari karangan-karangan bunga untuk Ahok yang terpasang
di jalanan sekitar Balai Kota. Mereka mengangkuti sejumlah karangan bunga,
menumpuknya, dan membakarnya.
Mereka datang dari
berbagai daerah menggunakan bus sejak pukul 08.00 WIB. Mereka menuntut
pemerintah mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2016 tentang
Pengupahan. Beberapa organisasi buruh yang terlibat dalam aksi tersebut yakni
SPN, SPSI, FSPMI, dan Aspek.
Mereka beralasan puluhan karangan bunga di sekitar kawasan Monas
telah mengotori Ibu Kota. Aksi tersebut kemudian dihentikan pihak kepolisian
dan Satpol PP.
Pada May Day kali ini,
puluhan ribu buruh yang berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
dan sekitarnya hadir mengikuti aksi unjuk rasa yang terpusat di Jakarta.
Tidak hanya demo untuk
menyampaikan aspirasi para buruh saja, namun ada beberapa aksi yang para buruh
lakukan untuk memperingati May Day ini.
Seperti dua aksi yang
terjadi di depan Gedung Balai Kota DKI Jakarta dan kawasan Patung Kuda, Monas,
Jakarta.
Mereka tampak mengumpulkan
puluhan karangan bunga milik Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
dan Djarot Saiful Hidayat. Buruh kesal karena karangan bunga tersebut telah
mengotori pemandangan kota.
Apalagi, warna karangan bunga sudah pudar. Bunga pun telah layu dan beberapa tulisan-tulisannya telah copot. Karangan bunga yang isinya ucapan terima kasih itu tampak dikumpulkan dan kemudian di bakar oleh buruh. Asap hitam membumbung tinggi bahkan hingga terlihat di kawasan Patung Kuda, Jakarta.
Awalnya seorang koordinator lapangan dari FSP LEM PSI mengaku resah adanya pemandangan tidak menarik di depan kawasan Balai Kota. Lewat pengeras suara dia pun meminta rekan-rekannya dari buruh mengumpulkan karangan bunga dan membakarnya.
"Balai Kota ini sudah dikotori dengan karangan bunga yang tidak penting, maka harus dibersihkan," teriak koordinator aksi di lokasi, Senin (1/4).
Koordinator dengan pengeras suara itu juga mengeluh karena tidak ada petugas yang membersihkan sampah-sampah karangan bunga itu. Mereka seakan tidak peduli terhadap karangan bunga yang sudah berubah bentuk menjadi tidak indah itu.
"Mana petugas kebersihan, ini kenapa tidak dibersihkan," katanya.
Pantauan di lapangan, puluhan aparat keamanan yang terdiri dari polisi, TNI dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sudah berusaha menghalau atau mencegah aksi buruh tersebut. Namun tidak bisa dilakukan karena kalah jumlah.
Setelah karangan bunga untuk Ahok-Djarot itu dibakar buruh tampak senang dan bersuka cita, karena pemandangan kota telah bersih. "Balai Kota harus bersih, kota tidak boleh kotor," teriak para buruh.
Lepas dari insiden itu,
aksi May Day berlangsung damai. Belasan ribu buruh dari berbagai wilayah
Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, tumpah ruah di pusat kota Jakarta merayakan
Hari Buruh Internasional yang dijadikan hari libur sejak masa kepresidenan Gus
Dur atau Abdurachman Wahid.
Sebagaimana dilaporkan
wartawan BBC Indonesia, Ging Ginanjar, berbagai atribut, bendera, spanduk,
poster dikibarkan dan dibentangkan. Para pemimpin buruh dan orator berpidato di
mobil-mobil mimbar, dan para buruh menyambut dengan yel-yel perjuangan.
Ratusan tuntutan
tercantum dalam poster-poster, namun umumnya meliputi seruan HOSJATUM, akronim
untuk hapus outsourcing(alih
daya), pemberian jaminan sosial, dan tolak upah murah.
Dalam keterangannya,
Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengklaim
sistem alih daya marak kembali dalam dua tahun terakhir di bawah pemerintahan
Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar